GAPURAJATENG.COM | SUKOHARJO – Peminat bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng tercatat masih cukup tinggi meskipun tidak lagi gratis (menerapkan harga normal).
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo juga akan membangun halte dan selter untuk memberi kenyamanan bagi para penumpang.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sukoharjo, Toni Sri Buntoro, mengatakan meski sudah berbayar, prosentase penumpang BRT Trans Jateng mencapai lebih dari 70%.
“Untuk Rute Sukoharjo-Wonogiri hari pertama 88% dari kapasitas 40 orang. Bahkan bisa 100% misalnya dari Solo ke Wonogiri ada lebih dari 40 penumpang yang naik turun di Sukoharjo. Minat BRT Trans Jateng ini kami hitung saat sudah berbayar. Saat gratis memang meledak mencapai 132%. Tetapi ketika layanan gratis dihapus peminatnya masih di atas 70%,” ungkap Toni, Kamis (31/8/2023).
Hasil tersebut berdasarkan evaluasi Dishub Sukoharjo pada Rabu (30/8/2023). Paling banyak penumpang di Sukoharjo mengakses BRT Trans Jateng dari Terminal Sukoharjo sejumlah 1.748 penumpang sejak Selasa-Minggu (8-27/8/2023).
Dishub juga mencatat sejumlah titik pemberhentian bus (TPB) lain yang diminati para penumpang BRT Trans Jateng. Toni membeberkan TPB arah Solo-Wonogiri dan sebaliknya ada sejumlah 128 lokasi. Kabupaten Wonogiri memiliki 18 lokasi TPB, sementara TPB di Kabupaten Sukoharjo ada 62 lokasi yang terbagi menjadi 12 halte dan 50 rambu. Sementara TPB Kota Solo ada 48 lokasi.
Melihat minat tersebut, Rencananya Pemkab Sukoharjo akan membangun 16 halte secara bertahap. Dari jumlah tersebut, tiga halte dan 1 selter di antaranya akan dibangun tahun ini. Hanya, lokasi pembangunannya masih dalam kajian.
“Untuk di Sukoharjo, tempat-tempat yang banyak penumpang akan diprioritaskan dibangun halte atau shelter terlebih dulu. Misalnya di Pasar Ir Soekarno,” ujarnya.
Lebih lanjut Toni menyebut untuk pembangunan 16 halte tersebut, pihaknya akan memaksimalkan sumber-sumber pendapatan daerah termasuk mencari CSR dari perusahaan. Dari total 62 halte di Sukoharjo hanya 16 yang menjadi kewenangan Kabupaten Jamu. (*)