Batang — Siapa bilang media sosial hanya soal joget TikTok dan story Instagram yang penuh filter? Di Ponpes Al Jaidi Krandon, Batang, sebanyak 100 remaja dari daerah Batang justru belajar “menguasai panggung digital” lewat Workshop Jurnalistik dan Media Sosial yang berlangsung selama dua hari, Sabtu–Minggu, 3–4 Mei 2025.
Workshop ini bukan cuma soal teori. Para peserta benar-benar “turun gunung” dalam arti sebenarnya—menggali potensi, menangkap momen, dan menyulap media sosial menjadi alat yang produktif dan positif.
Workshop dibuka Sabtu sore oleh Dewan Pembina LDII Kabupaten Batang, H. Sugeng Haryanto, S.Pd yang menegaskan pentingnya peran remaja, khususnya dari kalangan LDII, dalam memanfaatkan media sosial secara bijak.
“Anak muda hari ini harus cerdas bermedsos, bukan hanya ikut tren tapi bisa jadi pencipta tren. Gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan dan informasi yang membangun lingkungan,” tegas Sugeng dalam sambutannya.
Semangat itu langsung disambut antusias para peserta, yang langsung disuguhkan materi seputar dasar-dasar jurnalistik, teknik videografi dan fotografi, hingga kiat-kiat mengelola akun media sosial agar tetap informatif namun tetap menarik.
Belajar Storytelling
Sabtu malam hingga Minggu pagi, peserta diajak praktik langsung. Usai subuh, mereka ditantang membuat video dari berbagai angle dengan materi yang sudah didapat malam sebelumnya. Banyak di antara mereka baru pertama kali memegang kamera secara profesional, tapi hasilnya cukup mengejutkan. Beberapa video bahkan langsung diunggah ke platform medsos komunitas mereka.
Tidak hanya belajar, mereka juga bermain. Minggu siang diisi dengan kegiatan outbond dan river tubing di Desa Wisata Pandansari, yang lokasinya hanya berjarak 1 km dari Ponpes Al Jaidi Krandon, yang memacu adrenalin, sekaligus jadi objek nyata untuk praktik videografi. Kamera tetap menyala, meski baju basah dan wajah penuh tawa.
Kontributor
Workshop ini memberi pemahaman bahwa media sosial bukan hanya tempat melihat, tapi tempat berbicara. Seorang peserta berkomentar, “Acara ini menyenangkan! Harapannya bisa diadakan lagi karena sangat bermanfaat. Saya jadi tahu bagaimana bikin konten yang bagus dan positif.”
Beberapa peserta bahkan langsung merancang konten untuk diposting di akun organisasi dan komunitasnya masing-masing.
Dipilihnya Desa Wisata Pandansari sebagai lokasi acara menjadi simbol tersendiri: dari tempat yang ‘alami’, diharapkan lahir kreativitas yang ‘murni’. Pemandangan alam bukan hanya latar belakang, tapi sumber inspirasi.
Workshop ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan remaja Batang dalam menjadi duta digital yang cerdas, kreatif, dan beretika.***