Semarang – Pagi cerah menghiasi langit Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, saat para anggota Kelompok Tani Maju Makmur melaksanakan kegiatan gotong royong di lahan pertanian mereka pada Rabu, 28 Mei 2025. Di bawah terik matahari yang semakin menyengat, semangat para petani tidak surut untuk mencangkul dan memupuk lahan yang ditanami tembakau.
Kegiatan yang berlangsung di tengah musim tanam ini menjadi bukti kekompakan dan kebersamaan para anggota kelompok tani. Salah satu sosok inspiratif dalam kegiatan ini adalah Jumeri Mitro Sudarmo, petani senior berusia lebih dari 70 tahun. Meski telah lanjut usia, ia tetap aktif dan antusias mengikuti berbagai kegiatan kelompok. Menurut Jumeri, selain menambah pengetahuan dalam bertani, kegiatan seperti ini juga mempererat tali silaturahmi antaranggota, yang berasal dari latar belakang agama dan organisasi yang berbeda, mulai dari Islam, Nasrani, hingga NU dan LDII.
“Selama ini kami hidup rukun, tidak pernah ada masalah hanya karena perbedaan keyakinan,” ujar Jumeri.
Kepala Dusun Kalikendel, Kurniawan Widiyatmoko, yang dikenal aktif membina kelompok tani, kali ini berhalangan hadir karena harus menghadiri rapat bersama Dinas Pertanian dan Perkebunan Kecamatan Tengaran. Namun demikian, pada pertemuan rutin kelompok tani sebelumnya yang digelar tanggal 25 Mei, ia sempat menyampaikan kabar gembira terkait tambahan kuota pupuk subsidi yang akan membantu mengatasi kelangkaan pupuk. Ia juga menyampaikan bahwa harga gabah basah akan dibeli seharga Rp6.500 per kilogram oleh pihak dinas.
Selain itu, Kurniawan menyampaikan rencana kerja sama dengan perusahaan swasta untuk penanaman jagung, sebagai bentuk diversifikasi pertanian yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani.
Ketua Kelompok Tani Maju Makmur, Tri Tunggal, menyampaikan bahwa para anggota telah banyak merasakan manfaat dari berbagai program bantuan pemerintah. “Kami pernah menerima bantuan berupa pupuk, bibit, pelatihan, serta alat pertanian seperti traktor tangan, mesin perontok padi, dan alat angkut panen. Ke depannya bantuan semacam ini masih akan terus berlanjut,” jelasnya.
Salah satu anggota, Diyono, menambahkan bahwa setelah mengikuti pelatihan Panca Usaha Tani, ia mulai menerapkan teknik pertanian organik. “Dengan metode organik dan hanya sedikit pupuk kimia, hasil panennya lebih baik. Selain itu, biaya produksi juga bisa ditekan,” ungkapnya dengan bangga.
Semangat gotong royong yang ditunjukkan para petani Desa Sugihan menjadi contoh nyata bagaimana kebersamaan dan kerja keras bisa membawa hasil yang optimal, sekaligus mempererat hubungan antarwarga di tengah keberagaman.
Gapura Jateng Gerbang dan Perekat Jawa Tengah