Sejarah dan Asal Usul Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah Yang Berjuluk “Kota Jamu”

GAPURAJATENG.COM | Sukoharjo merupakan Kabupaten di Jawa Tengah yang berada di sekitar 10 kilometer dari Kota Surakarta.

Dahulu Kabupaten Sukoharjo masuk dalam Karesidenan Surakarta dan menjadi bagian dari Kasunanan Surakarta.

Berdasarkan sumber dari situs humas.sukoharjokab.go.id, Luas Kabupaten Sukoharjo 46.666 hektar atau 1,43 persen luas Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Polokarto dengan luas wilayah 6.218 hektar atau sekitar 13,32 persen dari total wilayah Kabupaten Sukoharjo, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kartasura dengan luas wilayah 1.923 hektar atau 4,12 persen wilayah Kabupaten Sukoharjo.

Asal Usul Nama Sukoharjo

Nama Sukoharjo berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu Suka dan Harja, yang berarti daerah yang mendatangkan kesejahteraan.

Nama Sukoharjo awalnya muncul saat Susuhunan Pakubuwono II sedang mencari daerah baru untuk keraton. Alasannya karena Keraton di Kartasura sudah hancur akibat peristiwa pemberontakan yang terjadi.

Beberapa tokoh kerajaan yang diajak musyawarah oleh Pakubuwono II antara lain Kiai Yosodipuro, Kiai Tohjoyo, hingga Pangeran Wijil.

Dalam musyawarah tersebut, Kiai Tohjoyo mengusulkan daerah yang akan menjadi pusat pemerintahan harus bersifat Sukoraharjo, atau dapat mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Atas usulan tersebut, maka disepakati untuk dibentuk tim untuk mencari daerah yang diyakini memiliki sifat seperti yang disampaikan Kiai Tohjoyo.

Tim yang diperintahkan yaitu Raden Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Tirtowiguno.

Akhirnya Keduanya berhasil menemukan daerah yang tepat karena memiliki beberapa unsur yang pas untuk keraton.

Unsur itu antara lain bacira ngayun (alun-alun depan), bacira pungkuran (alun-alun belakang), tempat pande besi, tempat pembuatan warangka keris (mranggen), hingga tempat para istri raja, serta tempat untuk kandang gajah raja.

Awalnya daerah itu akan dipilih. Namun tidak jadi karena pertimbangan strategis, yaitu terlalu dekat dengan markas Pangeran Sambernyawa yang sedang berkonfrontasi dengan Pakubuwono II.

Sejarah mencatat, pada akhirnya istana baru itu didirikan di Desa Sala, yang kemudian menjadi Keraton Kasunanan Surakarta.

Meski tidak jadi dipilih, daerah yang ditemukan itu tetap berkembang dan sekarang menjadi wilayah Sukoharjo.

Daerah itu terdapat Desa Begajah yang akan dijadikan kandang gajah, lalu ada Desa Pandean tempat banyak pande besi, hingga Desa Mranggen tempat kerajinan warangka keris.

Sejarah Kabupaten Sukoharjo

Wilayah Sukoharjo awalnya masuk dalam kekuasaan Kasunanan Surakarta, dengan status Kawedanan yang dipimpin Wedana.

Selain Kawedanan Sukoharjo, ada pula Kawedanan Bekonang dan Kawedanan Kartasura yang letaknya berdekatan.

Setahun setelah kemerdekaan, tepatnya pada Tahun 1946, beberapa daerah memutuskan untuk melepaskan diri dari Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.

Daerah pertama yang lepas adalah Karanganyar yang lepas dari Mangkunegaran. Lalu Boyolali dan Sragen yang lepas dari Kasunanan Surakarta.

Gerakan antiswapraja yang berkembang saat itu membuat pusat pemerintahan Kutha Solo dipindah ke Sukoharjo.

Kemudian pada tanggal 16 Juni 1946, masyarakat dengan kebulatan tekad mendirikan Pemeritnahan Kota Surakarta yang lepas dari Kasunanan.

Puncaknya pada 15 Juli 1946, dengan terbitnya Penetapan Pemerintah Nomor 16/SD yang secara formal membekukan Daerah Istimewa Surakarta di bawah Kasunaan dan Mangkunegaran. (*)

Facebook Comments Box

Check Also

Sinergi Kemenag dan LDII Surakarta untuk Masyarakat Harmonis

Gapurajateng | Surakarta – Dalam upaya memperkuat hubungan antar lembaga keagamaan, Kepala Kantor Kementerian Agama …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *