BUKU PINTAR KABUPATEN WONOGIRI
BUKU PINTAR KABUPATEN WONOGIRI

Sejarah Kabupaten Wonogiri: Perjuangan Raden Mas Said dan Lahirnya Pemerintahan Daerah

GAPURAJATENG.COM — Kabupaten Wonogiri memiliki sejarah panjang yang tak lepas dari perjuangan Raden Mas Said, yang lebih dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa.

Nama Wonogiri sendiri berasal dari bahasa Jawa, wana (hutan/sawah) dan giri (gunung), yang mencerminkan topografi wilayahnya yang didominasi pegunungan, hutan, dan lahan pertanian.

Awal Perjuangan Raden Mas Said

Raden Mas Said lahir di Kartasura pada 8 April 1725, sebagai putra Kanjeng Pangeran Aryo Mangkunegoro dan Raden Ayu Wulan.

Kehidupannya penuh liku sejak kecil, terutama setelah ayahnya diasingkan oleh Belanda ke Ceylon (Sri Lanka). Masa kecil yang dihabiskannya bersama rakyat jelata membentuk kepribadian Raden Mas Said menjadi sosok yang peduli terhadap keadilan dan kesejahteraan rakyat.

Ketidakadilan di Keraton Kartasura memicu pemberontakannya. Pada 19 Mei 1741, di Dusun Nglaroh (wilayah Kecamatan Selogiri), Raden Mas Said mendirikan pemerintahan sederhana bersama para pengikut setia.

Batu besar bernama Watu Gilang menjadi saksi awal perjuangannya melawan ketidakadilan dan penjajahan. Di Nglaroh, ia membangun pasukan yang tangguh, dikenal sebagai Punggowo Baku Kawandoso Joyo.

Ikrar dan Strategi Pemerintahan

Sebagai pemimpin, Raden Mas Said mengukuhkan ikrar “Tiji Tibeh” (Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh), yang menekankan persatuan antara pemimpin dan rakyat. Ia juga menciptakan konsep manajemen pemerintahan Tri Darma:

Mulat Sarira Hangrasa Wani: Berani menghadapi tantangan dan menerima anugerah dengan wajar.
Rumangsa Melu Handarbeni: Merasa memiliki daerah dan bertanggung jawab atas kemajuannya.

Wajib Melu Hangrungkebi: Rela berjuang demi tanah kelahirannya hingga titik darah penghabisan.

Dalam 250 pertempuran, Raden Mas Said hampir tak pernah mengalami kekalahan. Julukan “Pangeran Sambernyawa” disematkan kepadanya karena dianggap sebagai “penyambar nyawa” bagi musuh di medan perang.

Wonogiri dan Strategi Kepemimpinan
Raden Mas Said membagi wilayah kekuasaannya menjadi lima daerah, masing-masing dengan karakter unik:

Nglaroh (Selogiri): Masyarakat pemberani yang mudah bersatu.

Sembuyan (Baturetno, Wuryantoro): Penduduknya penurut dan mudah diarahkan.

Wiroko (Tirtomoyo): Sulit diatur tetapi bisa didekati dengan pendekatan personal.

Keduwang (Wonogiri Timur): Boros tetapi bisa diarahkan dengan baik.

Honggobayan (Timur Laut): Kasar di luar, tetapi setia dan bertanggung jawab.

Pemahaman mendalam Raden Mas Said tentang karakter masyarakatnya membuatnya mampu menerapkan strategi pemerintahan yang efektif.

Akhir Perjuangan dan Warisan

Perjuangan Raden Mas Said mencapai puncaknya dalam Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757. Ia diangkat sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I, memerintah wilayah yang meliputi Wonogiri bagian timur, Honggobayan, Sembuyan, Matesih, dan Gunungkidul.

Kepemimpinan Raden Mas Said selama 40 tahun meninggalkan warisan nilai-nilai kebersamaan, keadilan, dan keberanian yang menjadi fondasi lahirnya Kabupaten Wonogiri. Ia wafat pada 28 Desember 1795, meninggalkan jejak perjuangan yang terus dikenang hingga kini.

Wonogiri Hari Ini

Kabupaten Wonogiri berkembang menjadi daerah yang memadukan warisan sejarah dengan kemajuan modern. Batu Watu Gilang dan nilai-nilai Tri Darma tetap menjadi simbol perjuangan dan inspirasi masyarakatnya untuk terus membangun wilayah yang damai dan sejahtera.

Facebook Comments Box

Check Also

Sova Marwati Dorong Pemberdayaan Wanita untuk Bangun Klaten Berakhlak dan Mandiri

Gapurajateng | Klaten – Calon Wakil Bupati Klaten, Sova Marwati, menekankan pentingnya peran strategis wanita …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *